Posts

Showing posts from August, 2018

Hukum dan Kaedah Membaca Isti’azah

Image
Hukum dan Kaedah Membaca Isti’azah Jumhur ulamak bersepakat menetapkan hukum membaca Isti’azah ketika hendak memulakan bacaan Al- Quran adalah Sunat Muakkad (sunat yg. dituntut) Dalil : Maksudnya : Oleh itu, apabila engkau membaca Al-Quran, Maka hendaklah engkau terlebih dahulu memohon perlindungan kepada Allah dari hasutan syaitan yang direjam.  ( Surah An-Nahl : Ayat 98) Kaedah Membaca Isti’azah Terdapat 4 wajah dalam membaca isti’azah pada awal surah : - Membaca isti’azah, waqaf. Kemudian membaca basmalah, waqaf. Kemudian membaca awal surah. - Membaca isti’azah, waqaf. Kemudian membaca basmalah dengan disambung membaca awal surah. - Membaca isti’azah dengan disambung membaca basmalah, kemudian waqaf. Kemudian membaca awal surah. - Membaca isti’azah,   basmalah dan awal surah tanpa waqaf.

Martabat Bacaan Al-Quran ( مراتب القراءة )

Image
Terdapat 4 tingkatan atau mertabat bacaan Al Quran yaitu bacaan dari segi cepat atau perlahan: At-Tahqiq: Bacaannya seperti tartil cuma lebih lambat dan perlahan, seperti membetulkan bacaan huruf dari makhrajnya, menepatkan kadar bacaan mad dan dengung. Tingkatan bacaan tahqiq ini biasanya bagi mereka yang baru belajar membaca Al Quran supaya dapat melatih lidah menyebut huruf dan sifat huruf dengan tepat dan betul.      Al-Hadar: Bacaan yang cepat serta memelihara hukum-hukum bacaan tajwid. Tingkatan bacaan hadar ini biasanya bagi mereka yang telah menghafal Al Quran, supaya mereka dapat mengulang bacaannya dalam waktu yang singkat.  At-Tadwir: Bacaan yang pertengahan antara tingkatan bacaan tartil dan hadar, serta memelihara hukum-hukum tajwid.  At-Tartil: Bacaannya perlahan-lahan, tenang dan melafazkan setiap huruf dari makhrajnya secara tepat serta menurut hukum-hukum bacaan tajwid dengan sempurna, merenungkan maknanya, hukum dan pengajaran dari ayat. Tingkatan b

Lahn Jali (اَللَّحْنُ الْجَلِيُّ) & Lahn Khafi (اَللَّحْنُ الْخَفِيُّ)

Image
Dua Macam Kesalahan Membaca Al-Qur’an tanpa Tajwid 1.  Lahn Jali  (اَللَّحْنُ الْجَلِيُّ), yaitu kesalahan yang nyata pada lafazh, sehingga kesalahan tersebut dapat diketahui oleh para ulama dan orang kebanyakan.  Lahn Jali  ada yang dapat mengubah makna dan ada pula yang tidak.  Lahn Jali  yang mengubah makna ialah: a. Bergantinya suatu harakat menjadi harakat lain (اِبْدَالُ حَرَكَةٍ بِحَرَكَةٍ). Contohnya lafazh: … صِرَاطَ الَّزِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِم “(yaitu) jalan orang-orang yang telah  Engkau  anugerahkan nikmat kepada mereka…” (QS 1 Al-Fatihah: 7) Bila lafazh  اَنْعَمْتَ dibaca اَنْعَمْتُ , maka  dlamir -nya berubah menjadi اَنَا (aku), sehingga artinya menjadi:  (yaitu) jalan orang-orang yang telah aku anugerahkan nikmat kepada mereka…  Atau bila dibaca اَنْعَمْتِ , maka  dlamir -nya berubah menjadi اَنْتِ (kamu perempuan). Padahal makna yang dimaksud adalah “Engkau”, yaitu Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan, yang dalam lafazh di atas menyadang